Kamis, 12 Januari 2012

AMANAH YANG TAK TERJAGA


Continue reading...

Jumat, 18 November 2011

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI & STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


TUGAS BELAJAR PEMBELAJARAN
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
DAN
 STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
uncen edit
Disusun Oleh :
 KELOMPOK V
DIAN PRAFITASARI
LINDA IRIANNI
SELVIANA PASINGGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2011
BAB IX
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI)
A.  Pendahuluan
SPI menekankan pada proses mencari dan menemukan. SPI banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpkir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimilki setiap individu secara optimal.
Beberapa teori yang mendasari SPI:
Ø  Melalui teori belajar Gestalt dijelaskan bahwa perubahan perilaku disebabkan karena adanya insight dalam diri siswa,dengan demikian tugas guru adalahmenyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa bisa menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri.
Ø  Menurut piaget (teori belajar konstruktivistik), pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari danditemukan sendiri oleh siswa. Dengan demikian, tugas guru ialah mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi tersebut.

B.   Konsep Dasar SPI
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:
1.        Strategi inkuiri menekankan kepada  aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2.        Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self beliefe).
3.        Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.dengan demikian, siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif jika:
§   Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
§   Bahan pelajaran yang diajarkan akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
§   Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
§   Guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir.
§   Jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
§   Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yag berpusat pada siswa.

C.  Prinsip-prinsip Penggunaan SPI
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengarui oleh 4 faktor, yaitu:
1.        Maturation atau kematangan
Adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh , petumbuhan otak, dan pertumbuhan system saraf.
2.        Physical experience
Adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya.
3.        Social experience
Adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Ada dua aspek pengalaman social yang dapat membantu perkembangan intelektual, yakni:
Ø   Pengalaman social akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini diperoleh melalui percakapan, diskusi, dan argumentasi dengan orang lain.
Ø   Melalui pengalaman social anak akan mengurangi egocentric-nya. Sedikit demi sedikit akan muncul kesadaran bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya.

4.        Equilibration
Adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan  ppengetahuan baru yang ditemukannya.

              Atas dasar penjelasan diatas, maka dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru:
1)      Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Strategi pembelajaran inkuiri selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, criteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siwa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
2)      Prinsip Interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3)      Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebgai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.


4)      Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.
5)      Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diiajukannya.

D. Langkah Pelaksanaan SPI
                 Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1)   Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru  mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI, guru merangsang dan megajak siswa untu berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan SPI sangat bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah :
a.         Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa.
b.         Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
c.         Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2)   Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa padda suatu persoalan yang menganddung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, karena melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya :
a.         Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
b.         Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
c.         Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3)   Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kbenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.

4)   Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informai yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam SPI, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5)   Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6)   Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkkan pada siswa data mana yang relevan.        



E. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi pembelajaran inkuiri sosial merupakan pengadopsian dari strategi inkuiri yang dilakukan oleh para ahli pendidikan ilmu sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah ang dikemukakan oleh Rober A. Wilkins yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir. Adanya tuntutan perubahan pola mengajar dari yang hanya sekadar mengingat fakta yang biasa dilakukan melalui strategi pembelajaran dengan metode kuliah (lecture) atau dari metode latihan (drill) dalam pola tradisional menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir adalah strategi inkuiri sosial.
Menurut Bruce Joyce, inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok social (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karna itulah siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan peroalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya.
Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai  suatu strategi pemblajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
Ada tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial, yaitu :
1)     Adanya  aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong     terciptanya diskusi kelas.
2)     Adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri.
3)     Penggunan fakta sebagai pengujian hipotesis.  
Dari uaraian ketiga karakteristik diatas, tampak inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji adalah masalah-masalah social atau masalah kehidupan masyarakat.

F. Kesulitan-kesulitan Implementasi SPI
SPI merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu strategi baru, dalam penerapannya terdapat beberapa kesulitan.
Pertama, SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang berdasarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Bahkan, ada guru yang menganggap SPI sebagai strategi yang tidak mungkin dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan system pendidikan di Indonesia. Memang untuk mengubah suatu kebiasaan bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi sifat guru yang konvensional, sulit untuk menerima pembaharuan-pembaharuan.
Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerimamateri pelajaran dari guru, dengan demikian bagi merekaguru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan , maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir.
Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan keemampuan berpikir melalui pendekatan student active earning atau yang kita kenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu saja hal ini bias menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan. Guru akan mendua hati.

G. Keunggulan dan Kelemahan SPI         
1.      Keunggulan
SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya :
a)      SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif , afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b)      SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya eajar mereka.
c)      SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan prkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah  poses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d)      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2.    Kelemahan
Di samping memliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemahan di antaranya :
a)   Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b)   Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c)    Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
d)   Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

BAB X
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
A.  PENDAHULUAN
Dalam penerapan strategi yang bertumpu pada penyelesaian masalah atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topic masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Dilihat dari aspek psikologi belajar berstandarkan kepada psikomotor kognitif yang berangkat pada asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku verkat adanya pengalaman. Belajar bukan hanya semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh . Artinya, perkembangan siswa tidak hanya tejadi pada aspek kognnitif, tetapi juga aspek afektif dan Psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup dimasyarakat, maka SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah. SPBM inilah diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu srategi pembelajaran  yang dapat digunakan untuk memperbaiki system pembelajaran. Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya, manakala siswa menghadapi masalah, walaupun masalah itu dianggap sepele , banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengsn baik. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup menyelesaikan masalah.

B.   Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Terdapat 3 ciri utama dari SPBM :
a.       SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran , artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak hanya mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi , mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
b.       Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagi kata kunci dari prses pembelajaran. Artinya, tanpa ada masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
c.       Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah . berpikir dengan mengguankan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Untuk mengiplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahn tersebut dapat diambil  dari buku teks atau dari sumber-sumber lain  misalnya dariperistiwa yang terjadi dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau peristiwa kemasyarakatan.
                 Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :
a.       Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
b.       Apabila guru bermaksud mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi yang baru, mengenal adanya perbedaan fakta dan pendapat , serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
c.       Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah seta membuat tantangan intelektual siswa.
d.       Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
e.       Jika guru ingin agar siswa hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya(hubungan adanya teori dengan kenyataan).

C.  HAKIKAT MASALAH DALAM SPBM
Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siwa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian demikian, SPBM memberian kesempatan kepada siswa untuk berekplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecakan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis, sistematis dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan , keluhan, kerisauan atau kecemasan . oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topic tidak terbatas pada materi pelajaran dari buku saja akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dibawah ini diberikan criteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM :
a.       Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita rekaman video, dan yang lainnya.
b.       Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
c.       Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa manfaatnya.
d.       Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siwa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e.       Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu mempelajarinya.

D.  Tahapan-tahapan SPBM
            John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah yang kemudian  dinamakan petode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
a.       Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan
b.       Menganalisis masalah, yaitu langkah siwa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.       Merumuskan hipotesis , yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d.       Mengumpulkan data, yaitu langkah siwa mencari  dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e.       Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa yang mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan peneriamaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f.        Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
            David Johnson dan Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan kelompok.
a.       Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan di kaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
b.       Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai factor , baik factor yang biasa menghambat atau factor yang mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegitan ini dapat dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
c.       Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telas dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini, siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
d.       Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
e.       Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap terhadap seluruh kegiatan pelaksaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan .
          Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah dari beberapa bentuk SPBM yang  dikemukakan para ahli, maka sesecara umum SPBM dapat dilakukan dengan langkah-langkah :
1.      Menyadari masalah
            Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan . pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan social. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mugkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru akan mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar maupun kelompok kecik atau bahkan individual.

2.      Merumuskan masalah
            Bahan pelajaran dalam bentuk topic yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam  langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik dan dapat dipecahkan.
3.      Merumuskan hipotesis
            Sebagai proses berfikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berfikir deduktif dan induktif , maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan bagi siswa pada tahapan ini adalah siwa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentuksn berbagai kemungkinan penyelesaiaan masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4.      Mengumpulkan data
            Sebagai proses berfikir empiris , keberadaan data dalam proses berfikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses berfikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk megumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahapan ini adalah kecakapan siswa dalam mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.

5.      Menguji hipotesis
            Berdasarkan data yang dikumpulkan , akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang  diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Disamping itu, diharapkkan siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.      Menentukan pilihan penyelesaian
            Menentukan penilaian penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang diharapkan pada tahapan ini adalah kecakapan memilih alternative penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternative yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap plihan.

E.   KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN SPBM
KEUNGGULAN
v  Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
v  Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberiakn kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
v  Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
v  Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
v  Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangka pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
v  Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran , pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja
v  Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa
v  Pemecahan masalah dapat megembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
v  Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
v  Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belejar walaupun belejar pada pendidikan formal telah berakhir.

KELEMAHAN
Disamping keunggulan , SPBM juga memiliki kelemahan , diantaranya :
v  Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajarinsulit untuk dipecahkan , maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba
v  Keberhasilan strategi pembeljaran melalui problem solving memebutuhkan cukup waktu untuk persiapan
v  Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari






       

Continue reading...
 

Dieeyan Blog's, Notes Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
and web hosting